BELAJAR KEBERAGAMAN PADA AL-GHAZALI
Belajar dimanapun dan kapanpun bahkan diusia
berapapun adalah sebuah keharusan yang tidak bisa dibendung lagi dalam
menyesuaikan dengan arus dan derasnya informasi, dibarengi aneka pengetahuan
yang perlu analisa khusus untuk mencari kebenaran dari informasi yang
berserakan.
Bayi terlahir dan tumbuh menjadi anak-anak
lucu, terus tumbuh menjadi anak baligh (akal
dan logika berkembang) menjadi sosok remaja dan menjadi pemuda idola hingga
menjadi dewasa dan lansia, inilah siklus sebuah jalan panjang kehidupan manusia
yang siapapun dan jabatan apapun tidak bisa menghindari akan sunatullah (kehendak Tuhan). Belajar
tertatih dan berjalan dengan sesekali merangkak dan meloncat dari kasur adalah
sebuah prestasi yang membanggakan, inilah ciri prestasi belajar sederhana bagi
seorang bayi. Tumbuh kembang dan mengasah antara Akal dan Etika saling
melengkapi dalam pertumbuhan bayi hingga sialan (baca:usia lanjut).
Memahami sebuah dinamika kehidupan disekitar
akan berbeda antara seorang bayi, anak baligh, remaja, pemuda, dewasa dan
sialan...ups..eh...lanjut usia (lansia). Orang dewasa tidak sesederhana anak baligh yang begitu
sederhanya memahami apa arti sebuah Etika, tapi seorang dewasa akan butuh
sebuah dialog khusus dan timbil pertentangan bathin dan logika yang rumit bin ruwet
ketika memahami dan mengetahui makna terdalam dari sebuah Etika. Sepertinya
hari demi hari orang-orang dewasa semakin kehilangan dengan moralitas dan nalar
pemikirannya. Optimis adalah kata yang tepat untuk menggambarkan bahwa manusia
dewasapun dapat diperbaiki karena pada prinsipnya manusia tumbuh ke atas...maaf
kalo ada yang tumbuh kesamping (baca:kurangi lemak ya).
Belajar dengan tekun dan belajar diwaktu
kecil itu sangat penting, seperti sebuah syair apabila belajar sejak kecil
ibarat menggambar diatas batu tapi bila belajar beranjak dewasa apalagi setelah
sialan (usia lanjut) ibarat menggambar di atas air (baca:cepat hilang dan sulit
menerima kebenaran). Meski sudah dewasa belajar tetaplah terus dipelihara
karena akal kita selalu butuh “nutrisi” untuk terus tumbuh dan berkembang dalam
kebaikan-kebaikan hidup.
Belajar tidak hanya sekedar belajar, perlu di
teliti dengan cermat dan bijak apabila kita belajar tentang sebuah pengetahuan
di era yang serba digital (dikit-dikit gatal...hehe) semua pengetahuan bisa
didapatkan dengan mudah termasuk tulisan yang dibaca ini sangat mudah bukan ?,
di baca tanpa harus membeli koran kertas harian yang apabila sudah kadaluarsa
kertasnya bisa di buat bungkus terasi, cabai, bawang dan sejenis keperluan
dapur lainnya..he..he.
Ilmu tinggi dan ilmu sedang tidak ada
indikator yang dapat mengukur dengan pasti dalam menentukan tinggi dan
rendahnya pengetahuan seorang dewasa, tapi ada satu indikator yang menanadakan
bahwa orang dewasa itu ber-Ilmu atau tidak yaitu dari ETIKA (baca:budi pekerti
mulia) bukan dari pandainyanya mengkritik dan lihainya menjadikomentator ulung
yang seolah-olah menguasai lapangan dari sudut dan tiap jengkal rumput lapangan
karena berdasar kebenaran anlisanya sendiri. Inilah kita perlu menghindari
pepatah Semut di pulau Amerika kelihatan tapi Gajah di depan Handphone tidak
terlihat..hehe
Tentang AKAL dan ETIKA jadi ingat seorang pemikir
muslim (Hujjatul Islam) sepanjang masa Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin
Muhammad Al-Ghazali ath-Thusi yang perlu mendalami sebuah disiplin berbagai
ilmu untuk menjadi seorang filosof dan bahkan mampu mengkritik filsafat itu
sendiri karena bekal kedalaman Ilmu (akal) dengan cara yang ilmiah dan
ber-Etika (akhlak-pribadi mulia).
Yuk, kita terus belajar berbagai ilmu
pengetahuan dan berbagai disiplinnya (ilmu khusus), untuk sumber pengetahuan
agama maka kita cari sumber yang jelas SANADnya (baca:sandaran terpercaya turun
temurun dan ilmiah) yaitu pada Kyai-kyai di kota Kyai-kyai dikampung-kampung yang
memiliki keluasan ilmu dan keraifan lokal (local wisdom), dan jangan lupa belajar
di Pondok Pesantren (baca:tempat belajar berbagai disiplin ilmu, mulai dari
keberagaman dan kebangsaan yang selalu ditumbuh tanamkan disertai mengajarkan
Cinta Tanah Air alias NKRI Harga Mati)
agar keberkahan hidup selalu menyertai. Amiin Ya Rabb (Kabulakan Wahai Tuhanku).
Sekarang hari sabtu, kemaren hari jum’at dan
kamis malam disebut MALJUM, nanti malam disebut MALMING (Malam Minggu) boleh
juga di sebut MALAHAD..he. Selamat berakhir pekan dan selamat ber-BAHAGIA UNTUK SEMUA.